“ Satu minggu lagi adalah hari istimewa untukku, aku harus membuat
rencana ulang tahunku. Apa yang harus aku lakuakan?“ Batin Riri sambil melihat
kalender di kamarnya. “ hmm.. sebaiknya aku tanya ibu sajalah!”. Riri berjalan untuk menemui ibunya di lantai
bawah karena kamarnya ada di lantai atas. Dia memanggil ibunya, “Ibu? Ibu?” dia
mencarinya sambil memanggil kata ibu. Saat dia di dapur dia melihat ada surat
di atas meja makan. Riripun membuka surat tersebut. “ Riri, ibu pergi dulu ke
kantor ayahmu. Ibu ada urusan dengannya. Kamu diamlah di rumah, hati-hati ya.
Kalau ada apa-apa kamu panggil bibi saja. Maaf ya ri, ibu harus meninggalkanmu
sebentar, memang ya ayahmu itu menyebalkan dan menyusahkan saja! Hati-hati
dirumah ya ri!” riri membaca dalam hatinya. “Huh, padahal aku ingin
membicarakan ulang tahuku.” Dia pun kembali kekamarnya lagi dan merenung
memikirkannya sampai akhirnya dia tidur.
Keesokan harinya dia pergi kesekolah dan seperti biasanya belajar. Saat
istirahat dia mengajak bicara temannya dan meminta usul untuk merayakan ulang
tahunnya. Tapi temannya juga tidak tahu harus apa. Sepulang sekolah dia terus
memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ulang tahun nanti sambil berjalan
dengan kedua teman dekatnya Winda dan Tika.
Setelah lama berfikir, akhirnya dia mendapat satu ide yang belum
memuaskan yaitu merayakan dengan kembang api. Dia belum terlalu puas dengan
idenya itu karena itu terlalu membosankan. Akhirnya dia bertanya pada temannya
yang ada di sampingnya, “hey Tika, Winda. Apakah aku harus merayakan ulang
tahunku dengan menyalakan kembang api?”. “Jika itu membuatmu nyaman kenapa
tidak?” jawab Tika. “Mmm sebenarnya sih aku sudah bosan dengan menyalakan
kembang api, tapi aku tidak tahu harus merayakannya dengan apa?” Riri menjawab
dengan rasa penyesalan. “ Sudahlah, kenapa kita tidak merayakannya sederhana
saja? Misalnya karokean bareng atu main bersama teman-teman sekelas?” Winda
yang dari tadi diam saja menjawab. “ Oh ya! Terimakasih Winda! Kamu yang
terbaik! Aku pulang duluan ya Win! Tik! Terimakasih atas sarannya!” Riri
menjawab dengan nada senang dan langsung memeluk Tika dan Winda dan setelah itu
lari untuk pulang ke rumahnya dan sambil melambai kepada kedua temannya.
Sampai di rumah dia membuat rencana itu dan menulisnya di kertas, lalu
dia ingin memberikan suratnya ke ibunya. Dia memanggil ibunya, tapi tak ada
jawaban. Akhirnya dia ke dapr lagi dan melihat ada surat di atas meja makan
lagi. “Huh ada surat lagi” batinnya. Riripun membaca suratnya, “ Riri, maafkan
ibu sekali lagi, ibu tidak bisa di rumah hari ini karena ada teman ibu yang
sakit, ibu harus menengoknya. Kemungkinan ibu pulang malam karena ibu juga
harus ke tempat ayahmu lagi. Ini sangat merepotkan bukan. Maaf ya Ri. Ibu minta
maaf, Hati-hati di rumah ya!”. “Wah sungguh tidak enak ya, di tinggal di rumah
terus sama ibu!” Riri ngomong sendiri.
Riripun masuk kekamar dan langsung belajar juga membuat rancangan
rencana perayaan ulang tahunnya lebih bagus lagi dan mewah.
Keesokkan harinya Riri menunjukan rancangan ulang tahunnya kepada Tika
dan Winda. “Wah! Apakan ini tidak terlalu menghabiskan banyak uang? Aku kan
menyarankan yang sederhana saja?” tanya Winda. “Hmm.. tidak lah, kan ibu dan
ayahku pasti bisa menanggung semua biaya ini!” jawab Riri. “Oh iya ya, kan Riri
orang kaya. Mana mungkin ibu dan ayahnya tidak bisa menanggung biaya yang menurutnya
murah ini! Ayo kita pergi Winda, aku pengen ke kantin sebentar!” jawab Tika
yang terlihat kesal. “Tika aku juga ikut!” seru Riri yang mulai ditinggalkan
Tika dan Winda.
Saat di jalan menuju kantin Tika dan Winda mengacuhkan Riri yang sejak
dari tadi bersama mereka. “Tika! Winda! Kalian mau gak nemenin aku ke
supermarket dideket sekolah nanti?” ucap Riri. “Kitakan lagi sekolah?” Winda
menjawabnya dengan nada kesal. “Huh! Ya nantilah pulang sekolah! Dasar kalian
ini!” Riri menjawabnya dan setelah itu tertawa. “Tidak bisa, aku akan dijemput
ibuku hari ini dan langsung pergi ke
pasar bersama ibuku!” jawab Tika yang sedari tadi diam karena kesal. “aku juga
tidak bisa, hari ini aku akan kerumah elsa untuk kerja kelompok!”Winda menjawab
setelah Tika. “Huh.. ya sudahlah kalau kalian tidak bisa!” Riri menjawab dengan
tangannya yang bersilang.
Saat pulang sekolah dan sampai di rumah Riri langsung ke kamar dan
tidur di tempat tidurnya sambil memegang telepon genggamnya. Dia melihat telpon
genggamnya dan menunggu pesan dari teman-temannya dan telpon dari ibunya. Setelah menunggu dua jam, Riri mulai bosan dan
kesal. Akhirnya dia menelpon ibunya. “Halo bu, ibu dimana? Aku ingin ibu
melihat rancangan ulang tahunku!” Riri berbicara tanpa mengucapkan salam. “Maaf
nak, ibu sedang di kantor ayahmu. Hati-hati di rumah ya!” ibunya menjawab.
“tuttt..tutt” telponnya langsung dimatikan. “huh ibu ini! Kapan aku bisa
memperlihatkannya?” Riri yang berbicara dalam hati.
Hari-hari pun berlalu dan sampailah pada hari ulang tahun Riri. Riri
yang sudah diacuhkan beberapa hari lalu merasa kesal. Bahkan dia tidak bisa
bertemu dengan ibunya. Saat sampai di sekolah dia terus mengajak bicara
teman-temannya, akan tetapi dia terus diacuhkan. “ Hai.. hari ini aku ulang
tahun, jangan lupa ke rumahku ya!” Riri yang berteriak di depan kelas dan
langsung duduk. “Maaf aku tidak bisa ke rumah mu Ri! Aku akan kerja kelompok
dengan Elsa, Winda, Jack, dan Yuki! Kalau mau mengajak kita lebih baik undur
saja besok atau lusa!” ucap Vino. “Ayolah, kenapa kalian tidak bisa mengundur
acara kerja kelompok kalian?” Riri yang kaget atas perkataan Vino. “Maaf kan
kami Ri, tapi kami ingin tugas ini selesai hari ini karena kami sudah
merencanakannya dari 2 minggu yang lalu!” jawab Winda. “Maafkan aku juga Ri,
hari ini aku tidak bisa karena hari ini aku akan pergi ke rumah nenekku yang
sakit!” ucap Tika. “Apa? Kenapa teman terdekatku tidak akan datang?” Riri yang
mulai sedih. “ Aku juga tidak bisa datang! “ Teman-teman yang lainnya satu
persatu tidak bisa datang. “Apa semuanya membenciku?” dalam hati Riri bertanya.
Saat pulang sekolah Riri pulang dengan tergesa-gesa dan ingin melihat
rumahnya yang sudah di hiasi balon-balon. Saat sampai rumahnya dia melihat
rumahnya yang masih biasa saja. Saat masuk kerumahnya dia memanggil ibunya,
akan tetapi dia tidak menemukannya di rumah. Dia menelpon ibunya, tapi tidak
terangkat sama sekali. Di telponnya juga tidak ada pesan satupun. Dia diam
dikamar dan merenung. Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk seseorang dan ternyata
yang menhampirinya adalah bibinya. “Ri, bibi mau ke pasar. Kamu ikut saja ya,
di rumah tidak ada siapapun, nanti kamu sendirian dan ibumu nanti khawatir! Ayo
ikut!” bibinya yang membawa ranjang untuk pergi kepasar. “Tunggu bi, aku akan
bersiap-siap dulu!” setelah menunggu beberapa menit mereka akhirnya pergi kepasar.
Riri yang terus merenung saat perjalanan memikirkan “Apakah semuanya
membenciku!”Akhirnya mereka turun dari kendaraaan umum yang tadi mereka
tumpangi. “Ayo Ri!” ucap bibinya. Riri terus merunduk memikirkan semuanya. “Ri
kamu duduk dulu disini, bibi mau membeli minum dulu!”ucap bibinya yang sambil
mendudukan Riri di kursi panjang yang teduh karena dekat dengan pohon. Tiba-tiba dari belakang Riri ada yang
melempar sesuatu ke kepalanya. Di berbalik dan tak ada seorang pun. Dia
memegang pundaknya yang terasa basah. Saat dia melihatnya, tiba-tiba dari atas
pohon jatuh telor yang pecah dan mengenai kepalanya. Dia memegang kepalanya.
Rambutnya terasa lengket karena telor tersebut. “Siapa yang melakukan ini
semua? Ayo keluar!” dia berjalan ke arah pohon yang satu lagi. Tiba-tiba teman
temannya melemparkan telor tepung dan air ke arahnya. Dia menjadi kotor. “HAPPY
BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY, HAPPY
BIRTHDAY TO YOU! Teman-teman dan orang tuanya menyanyikan lagu selamat ulang
tahun untuk Riri dan sambil tepuk tangan. Riri menangis tersedu-sedu. Dia kaget
akan kejutan tersebut. Dia pikir dia sudah dibenci teman-temannya. “Makasih
teman teman, ibu, ayah, bibi!” Riri yang langsung menangis akan kejutan yang
mereka semua berikan. Semuanya bersenang-senang dan menyanyi juga memakan kue.
“Ini adalah kejutan terbaik untukku. Aku tau aku terlalu banyak salah. Tapi aku
tidak akan melalukan kesalahanku lagi!”ucap Riri didalam hatinya. “Ibu, masa aku
harus memakai baju lengket ini terus?” Riri yang tiba-tiba bicara saat semuanya
terdiam. Tiba-tiba semuanya tertawa. Riripun juga tertawa.
“Dan
Ternyata keranjang yang dibawa bibi ternyata Baju Bersih untukku, Aku senang
sekali hari itu! Terimakasih teman-teman,
ibu dan ayah, Aku sangat menyayangi kalian”
Selesai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar