Kamis, 05 Maret 2015

My The Best Gift



“ Satu minggu lagi adalah hari istimewa untukku, aku harus membuat rencana ulang tahunku. Apa yang harus aku lakuakan?“ Batin Riri sambil melihat kalender di kamarnya. “ hmm.. sebaiknya aku tanya ibu sajalah!”.  Riri berjalan untuk menemui ibunya di lantai bawah karena kamarnya ada di lantai atas. Dia memanggil ibunya, “Ibu? Ibu?” dia mencarinya sambil memanggil kata ibu. Saat dia di dapur dia melihat ada surat di atas meja makan. Riripun membuka surat tersebut. “ Riri, ibu pergi dulu ke kantor ayahmu. Ibu ada urusan dengannya. Kamu diamlah di rumah, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa kamu panggil bibi saja. Maaf ya ri, ibu harus meninggalkanmu sebentar, memang ya ayahmu itu menyebalkan dan menyusahkan saja! Hati-hati dirumah ya ri!” riri membaca dalam hatinya. “Huh, padahal aku ingin membicarakan ulang tahuku.” Dia pun kembali kekamarnya lagi dan merenung memikirkannya sampai akhirnya dia tidur.

Keesokan harinya dia pergi kesekolah dan seperti biasanya belajar. Saat istirahat dia mengajak bicara temannya dan meminta usul untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi temannya juga tidak tahu harus apa. Sepulang sekolah dia terus memikirkan apa yang harus dia lakukan saat ulang tahun nanti sambil berjalan dengan kedua teman dekatnya Winda dan Tika.  Setelah lama berfikir, akhirnya dia mendapat satu ide yang belum memuaskan yaitu merayakan dengan kembang api. Dia belum terlalu puas dengan idenya itu karena itu terlalu membosankan. Akhirnya dia bertanya pada temannya yang ada di sampingnya, “hey Tika, Winda. Apakah aku harus merayakan ulang tahunku dengan menyalakan kembang api?”. “Jika itu membuatmu nyaman kenapa tidak?” jawab Tika. “Mmm sebenarnya sih aku sudah bosan dengan menyalakan kembang api, tapi aku tidak tahu harus merayakannya dengan apa?” Riri menjawab dengan rasa penyesalan. “ Sudahlah, kenapa kita tidak merayakannya sederhana saja? Misalnya karokean bareng atu main bersama teman-teman sekelas?” Winda yang dari tadi diam saja menjawab. “ Oh ya! Terimakasih Winda! Kamu yang terbaik! Aku pulang duluan ya Win! Tik! Terimakasih atas sarannya!” Riri menjawab dengan nada senang dan langsung memeluk Tika dan Winda dan setelah itu lari untuk pulang ke rumahnya dan sambil melambai kepada kedua temannya.
Sampai di rumah dia membuat rencana itu dan menulisnya di kertas, lalu dia ingin memberikan suratnya ke ibunya. Dia memanggil ibunya, tapi tak ada jawaban. Akhirnya dia ke dapr lagi dan melihat ada surat di atas meja makan lagi. “Huh ada surat lagi” batinnya. Riripun membaca suratnya, “ Riri, maafkan ibu sekali lagi, ibu tidak bisa di rumah hari ini karena ada teman ibu yang sakit, ibu harus menengoknya. Kemungkinan ibu pulang malam karena ibu juga harus ke tempat ayahmu lagi. Ini sangat merepotkan bukan. Maaf ya Ri. Ibu minta maaf, Hati-hati di rumah ya!”. “Wah sungguh tidak enak ya, di tinggal di rumah terus sama ibu!” Riri ngomong sendiri.  Riripun masuk kekamar dan langsung belajar juga membuat rancangan rencana perayaan ulang tahunnya lebih bagus lagi dan mewah.
Keesokkan harinya Riri menunjukan rancangan ulang tahunnya kepada Tika dan Winda. “Wah! Apakan ini tidak terlalu menghabiskan banyak uang? Aku kan menyarankan yang sederhana saja?” tanya Winda. “Hmm.. tidak lah, kan ibu dan ayahku pasti bisa menanggung semua biaya ini!” jawab Riri. “Oh iya ya, kan Riri orang kaya. Mana mungkin ibu dan ayahnya tidak bisa menanggung biaya yang menurutnya murah ini! Ayo kita pergi Winda, aku pengen ke kantin sebentar!” jawab Tika yang terlihat kesal. “Tika aku juga ikut!” seru Riri yang mulai ditinggalkan Tika dan Winda.
Saat di jalan menuju kantin Tika dan Winda mengacuhkan Riri yang sejak dari tadi bersama mereka. “Tika! Winda! Kalian mau gak nemenin aku ke supermarket dideket sekolah nanti?” ucap Riri. “Kitakan lagi sekolah?” Winda menjawabnya dengan nada kesal. “Huh! Ya nantilah pulang sekolah! Dasar kalian ini!” Riri menjawabnya dan setelah itu tertawa. “Tidak bisa, aku akan dijemput ibuku hari ini dan langsung  pergi ke pasar bersama ibuku!” jawab Tika yang sedari tadi diam karena kesal. “aku juga tidak bisa, hari ini aku akan kerumah elsa untuk kerja kelompok!”Winda menjawab setelah Tika. “Huh.. ya sudahlah kalau kalian tidak bisa!” Riri menjawab dengan tangannya yang bersilang.
Saat pulang sekolah dan sampai di rumah Riri langsung ke kamar dan tidur di tempat tidurnya sambil memegang telepon genggamnya. Dia melihat telpon genggamnya dan menunggu pesan dari teman-temannya dan telpon dari ibunya.  Setelah menunggu dua jam, Riri mulai bosan dan kesal. Akhirnya dia menelpon ibunya. “Halo bu, ibu dimana? Aku ingin ibu melihat rancangan ulang tahunku!” Riri berbicara tanpa mengucapkan salam. “Maaf nak, ibu sedang di kantor ayahmu. Hati-hati di rumah ya!” ibunya menjawab. “tuttt..tutt” telponnya langsung dimatikan. “huh ibu ini! Kapan aku bisa memperlihatkannya?” Riri yang berbicara dalam hati.
Hari-hari pun berlalu dan sampailah pada hari ulang tahun Riri. Riri yang sudah diacuhkan beberapa hari lalu merasa kesal. Bahkan dia tidak bisa bertemu dengan ibunya. Saat sampai di sekolah dia terus mengajak bicara teman-temannya, akan tetapi dia terus diacuhkan. “ Hai.. hari ini aku ulang tahun, jangan lupa ke rumahku ya!” Riri yang berteriak di depan kelas dan langsung duduk. “Maaf aku tidak bisa ke rumah mu Ri! Aku akan kerja kelompok dengan Elsa, Winda, Jack, dan Yuki! Kalau mau mengajak kita lebih baik undur saja besok atau lusa!” ucap Vino. “Ayolah, kenapa kalian tidak bisa mengundur acara kerja kelompok kalian?” Riri yang kaget atas perkataan Vino. “Maaf kan kami Ri, tapi kami ingin tugas ini selesai hari ini karena kami sudah merencanakannya dari 2 minggu yang lalu!” jawab Winda. “Maafkan aku juga Ri, hari ini aku tidak bisa karena hari ini aku akan pergi ke rumah nenekku yang sakit!” ucap Tika. “Apa? Kenapa teman terdekatku tidak akan datang?” Riri yang mulai sedih. “ Aku juga tidak bisa datang! “ Teman-teman yang lainnya satu persatu tidak bisa datang. “Apa semuanya membenciku?” dalam hati Riri bertanya.
Saat pulang sekolah Riri pulang dengan tergesa-gesa dan ingin melihat rumahnya yang sudah di hiasi balon-balon. Saat sampai rumahnya dia melihat rumahnya yang masih biasa saja. Saat masuk kerumahnya dia memanggil ibunya, akan tetapi dia tidak menemukannya di rumah. Dia menelpon ibunya, tapi tidak terangkat sama sekali. Di telponnya juga tidak ada pesan satupun. Dia diam dikamar dan merenung. Tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk seseorang dan ternyata yang menhampirinya adalah bibinya. “Ri, bibi mau ke pasar. Kamu ikut saja ya, di rumah tidak ada siapapun, nanti kamu sendirian dan ibumu nanti khawatir! Ayo ikut!” bibinya yang membawa ranjang untuk pergi kepasar. “Tunggu bi, aku akan bersiap-siap dulu!” setelah menunggu beberapa menit mereka akhirnya pergi kepasar. Riri yang terus merenung saat perjalanan memikirkan “Apakah semuanya membenciku!”Akhirnya mereka turun dari kendaraaan umum yang tadi mereka tumpangi. “Ayo Ri!” ucap bibinya. Riri terus merunduk memikirkan semuanya. “Ri kamu duduk dulu disini, bibi mau membeli minum dulu!”ucap bibinya yang sambil mendudukan Riri di kursi panjang yang teduh karena dekat dengan pohon.  Tiba-tiba dari belakang Riri ada yang melempar sesuatu ke kepalanya. Di berbalik dan tak ada seorang pun. Dia memegang pundaknya yang terasa basah. Saat dia melihatnya, tiba-tiba dari atas pohon jatuh telor yang pecah dan mengenai kepalanya. Dia memegang kepalanya. Rambutnya terasa lengket karena telor tersebut. “Siapa yang melakukan ini semua? Ayo keluar!” dia berjalan ke arah pohon yang satu lagi. Tiba-tiba teman temannya melemparkan telor tepung dan air ke arahnya. Dia menjadi kotor. “HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY TO YOU! HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY TO YOU! Teman-teman dan orang tuanya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Riri dan sambil tepuk tangan. Riri menangis tersedu-sedu. Dia kaget akan kejutan tersebut. Dia pikir dia sudah dibenci teman-temannya. “Makasih teman teman, ibu, ayah, bibi!” Riri yang langsung menangis akan kejutan yang mereka semua berikan. Semuanya bersenang-senang dan menyanyi juga memakan kue. “Ini adalah kejutan terbaik untukku. Aku tau aku terlalu banyak salah. Tapi aku tidak akan melalukan kesalahanku lagi!”ucap Riri didalam hatinya. “Ibu, masa aku harus memakai baju lengket ini terus?” Riri yang tiba-tiba bicara saat semuanya terdiam. Tiba-tiba semuanya tertawa. Riripun juga tertawa.
“Dan Ternyata keranjang yang dibawa bibi ternyata Baju Bersih untukku, Aku senang sekali hari itu! Terimakasih teman-teman,  ibu dan ayah, Aku sangat menyayangi kalian”


Selesai...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar